Cerita Cinta: A Promise

[DRAFT] SEBUAH JANJI

by. dibashafira

//Kesalahan//

Dia termenung sepanjang malam itu. Seseorang yang tidak pernah merasakan langsung apa arti cinta harus bertahan menghadapi kesehariannya yang kelam. Dia bernama Hana. Berambut cokelat panjang dengan wajah oriental yang manis. Hana seorang yang ceria ketika siang hari, ia berusaha untuk membuat harinya bahagia. Namun, ketika malam datang Hana selalu saja berada dikamar lotengnya melamun sambil memandang langit lewat jendela.

“ Apakah bintang itu akan selalu bersamaku?” gumamnya pelan

Keadaanya kalut, siang tadi tanpa sengaja dia memecahkan gelas kesayangan nyonya dan dimarahinya  serta memakinya dengan kasar. Dia hanya bisa menunduk sambil terus meminta maaf, tapi sayang nyonya sudah terlanjur marah besar. Dia dihukum untuk tidak mengerjakan urusan dapur, dan harus menyentrika semua baju dirumah sendirian selama sebulan tanpa bantuan pembantu lain. Itupun masih untung ketimbang dipecat dan diusir dari rumah.

***

“Kamu ga becus banget kerja! Tau ga gelas ukiran ini saya beli di venice?! Kamu kok bisa ceroboh gitu? Ini tuh barang mahal dan langka?!” maki nyonya mira sambil melototinya
Sambil menundukkan kepala dan gemetaran Hana tidak tahu harus berkata apa terhadap majikannya itu. “Maa.. maaf maafkan saya nyonya sa.. yaa tadi ti..dak sengaja” kata Hana menjelaskan gagap.

“Alaah kamu itu bisanya cuma minta maaf. Emang kamu bisa gantiin?! Yah pastinya gabisa! Ah pusing saya sama kamu” sambil terus mengerutkan kening dengan serius
“… maaf maaf nyonya.. ini emang kesalahan saya.. maafkan saya” kata Hana memohon
“Iya jelas emang kesalahan kamu, terus siapa lagi? Ibu kamu?” bentak nyonya mira

Hana tidak bisa mengucapkan apapun lagi. Matanya sudah ingin menangis dan berteriak namun ia tidak bisa melakukannya. Ia kebingungan dan ketakutan setengah mati. Rasanya ingin dia kabur dan terjun ke jurang. Dia masih tetap berdiri menunduk tanpa berani menatap majikannya itu.
“ Aduuh oke deh ini emang salah kamu. Sekarang saya maafin kamu, tapi untuk kali ini saja kalo kamu masih ceroboh.. (menatap Hana sekilas) ..saya akan potong habis gaji kamu sebulan. Ngerti?” kata Ny. Mira sambil memegangi kepalanya dan berlalu pergi.

“ Terimakasih nyonya.. ya saya mengerti nyonya. Sekali lagi maafkan saya. Saya tidak akan ceroboh. Saya berjanji” Kata Hana lumayan lega mendengarnya sambil mengelus dada.

Tanpa disadari ada seseorang yang tengah memperhatikannya dari kejauhan. Anak dari pemilik rumah ini. Namanya Farhan, ia seumuran dengan Hana yaitu kelas 3 SMA. Farhan adalah cowok jutek yang pernah Hana temui di dunia ini. Farhan selalu saja mengacuhkan Hana dan tidak pernah mengajak ngobrol ataupun sekedar menyapa. Itu sudah menjadi makanan sehari-hari Hana, dipandang sebelah mata.

***

“Ahh kenapa aku itu sangat ceroboh?” maki Hana pada dirinya sendiri.

Hana adalah seorang anak pembantu yang bekerja di rumah Tuan Fikri. Sebenarnya ibu Hana sudah mengabdi pada keluarga ini sudah sangat lama. Suatu ketika ibu Hana terlilit hutang hingga membuatnya menjual rumah kecilnya. Karena keadaan ekonomi ibu Hana yang memprihatinkan, Tn. Fikri dengan baik hati memberikan bantuan untuk mereka tinggal di loteng rumahnya.

Dari umur  5 tahun ia tinggal di rumah yang besar dan megah ini. Ia tidur di loteng bersama ibunya. Sebuah ruangan berukuran kecil dan sempit dengan satu jendela di atas rumahnya. Mereka sangat bersyukur masih bisa tidur dengan nyenyak diatas kasur daripada harus luntang lantung dijalanan kota.

Hana juga seorang yang sangat pendiam dan penurut. Ia selalu membantu pekerjaan ibunya dan memijat kaki dan pundak ibunya ketika ia kelelahan pada malam hari.
Dari kecil ia tidak pandai berteman dengan teman sekolahnya. Malah ia selalu dikucilkan karena sering tidak main dengan teman sekelasnya. Namun ia sangat sabar dalam hidupnya. Ia selalu ingat perkataan orangtuanya.

“Jangan mengeluh, dan selalu bersyukur kamu masih bisa tersenyum kan?” senyum kecilnya tergambar di wajahnya.

Ia mampu bertahan selama ini berkat kerja keras orangtuanya dan ia tidak ingin mengecewakan mereka.


//Pertemuan//

Kini Hana sudah berumur 18 tahun tepat pada bulan April nanti. Biasanya setiap ulang tahunnya ia diberi kejutan oleh ibunya yaitu cupcake kecil dengan lilin diatasnya dan memakanya bersama pada malam yang penuh bintang. Baginya itulah hadiah terindah yang ia miliki.

“Awal bulan yang buruk” keluhnya sedih ketika ia sedang sibuk menjemur pakaian diluar

Setelah selesai menjemur dia berkesiap untuk menyetrika setumpukan besar baju para majikannya itu. Dia tampak sedih namun seketika pula ia tersenyum dan bersemangat mengerjakannya. Hari ini cuaca sangat panas, Hana yang sudah 2 jam menyetrika akhirnya selesai.

Seharian ini sangat melelahkan bagi Hana. Membereskan rumah, mencuci dan menjemur, membereskan garasi belum lagi menjalani hukumannya. Hari sudah sore, ia menyiapkan teh hangat untuk majikannya lalu istirahat sebentar di taman belakang. Hana hanya duduk-duduk sambil diam. Menikmati pemandangan senja menjelang maghrib.

“Hana!!”teriak ny. Mira membuyarkan lamunan Hana
“Iya nyonya” dengan sigap langsung menghampirinya
“Itu sampah yang di dapur tolong dibuang tadi saya lewat sudah bau banget. Ok?”
“Iya siap nyonya” kata Hana yang langsung pergi ke dapur mengambil sekantong besar sampah

Hana pergi membawa sampahnya keluar rumah. Ketika ia akan masuk kembali kerumah tiba-tiba ada seseorang yang menyapanya. Hana terkaget dan melihat orang tersebut.

“Hai” katanya ragu

Hana menaikan alisnya dan kebingungan karena ia tidak mengenalinya. Seorang pemuda yang mengendarai motor berhenti di hadapannya.

“Hai hmm gue mau.. eh saya mau nanya alamat rumah. Tau ga alamat ini?” lanjutnya sambil memperlihatkan kertas berisi alamat
Hana yang memang tidak mengetahuinya hanya mengeleng-gelengkan kepala tanpa berucap.
“Yah gatau yah? Gimana yah saya harus pergi ke rumah ini?”gumamnya
Pemuda itu tampak kebingungan dan kesulitan mencari rumah yang dituju. Hana yang daritadi terdiam juga bingung harus bagaimana.
“Coba kamu tanya sama pa RT.  Rumahnya ada di pojok komplek ini.” Usul Hana
“Oiya bener juga yah lu.. eh yaudah saya coba kesana yah.” Kata pemuda tadi
Hana pun tersenyum padanya dan kembali masuk kerumah.
Pemuda tadi terdiam sejenak kemudian langsung pergi berlalu dengan motornya.


//1//

Semua orang dirumah sibuk mengawali pagi hari senin. Di rumah yang luas ini ada 2 pembantu dan 1 supir yang tugasnya merangkap jadi tukang kebun. Yaitu Mbak Yani, Hana dan Kang Asep. Tuan Fikri dan Ny. Mira sedang bersarapan bersama tuan muda Farhan. Kang Asep sedang memanaskan mesin mobil sedangkan Mbak Yani sedang menyiram taman. Hana juga sedang bersiap untuk berangkat sekolah.
“Pah, nanti mama pulangnya telat soalnya mau ngumpul bareng temen arisan engga apa apa kan?” tanya ny. Mira
“Iya asal jangan terlalu malam banget mah. Jangan keluyuran aja” kata Tn. Fikri
“Iya pah emang mama masih abg apa keluyuran segala?” kata Ny. Mira kesal
Mereka menghabiskan sarapan kemudian berangkat pergi. Sebelum pergi Hana masih sempat saja mencuci piring bekas sarapan tadi.
“Ihh Hana udah kamu berangkat aja sekolah nanti telat hayo sekarang kan senin.. upacara bendera” suruh Mbak Yani kepada Hana
“Yaudah Hana pergi dulu yah Mbak , Assalamualaikum” sambil mencium tangan dan pamit.


//2//

Disekolah ketika upacara bendera, Hana selalu menjadi petugas UKS. Namun di ruang UKS sudah ada seorang cowok yang terbaring lemas dikasur. Hana kebingungan dan memperhatikan kondisi cowok tersebut. Tapi dia tampak sehat bugar.
Hana hanya terdiam sambil berpikir dan bertanya-tanya dalam hati:
“Dia sehat deh kayanya apa dia pura-pura sakit biar ga ikut upacara?” sambil memutar bola mata menebak keadaan.

Tiba-tiba saja cowok yang terbaring itu berbicara sambil memejamkan matanya.
“Pagi ini cukup panas, pembina upacara bakal ngasih amanat yang panjang maka dari itu pasti banyak siswa yang pingsan. Salah satunya gue,Ryan.”
Hana kaget dan juga kebingungan. Dia ragu untuk menanyakan kondisinya. Namun ketika Ryan berbicara Hana tersentak karena ternyata cowok itu adalah pemuda yang ia temui sore kemarin. Hana tidak percaya kalau ia satu sekolah dengannya, mungkin karena ia kurang bersosialisasi.
“Oh jadi namanya Ryan” katanya dalam hati
Hana pun berlalu sambil memasukkan tangan ke saku jas putihnya dan kembali mengawasi keadaan upacara bendera.


//Anak bandel//

Pulang sekolah, Hana langsung ganti baju dan melakukan pekerjaan rumah . Setelah selesai sore harinya ia berniat mengerjakan dulu tugas sekolahnya yang tertunda namun disaat bersamaan nyonya dengan rusuhnya menggandeng Farhan. Muka Farhan bonyok, pelipis matanya berdarah, bibirnya nampak biru dan seragamnya berantakan. Seketika pula semua orang panik. Hana langsung membawakan P3K, nyonya tak kuasa menangis sambil terus memarahi Farhan. Farhan hanya bisa duduk terdiam dengan muka seriusnya.

Hana disuruh untuk mengobati luka Farhan, awalnya ia tegang karena sebelumnya tidak pernah melihat langsung tuan muda. Hana dengan hati-hati mengobati luka di wajahnya, sekali-kali Farhan menjerit kesakitan menahan perihnya luka. Hana kebingungan namun terus mencoba mengobatinya. Setelah selesai Hana langsung kembali ke kamarnya tanpa banyak tanya.


//1//

Malam hari sangat gamang, Hana yang mencoba mengerjakan tugas sekolahnya yang belum selesai terganggu karena suara teriakan nyonya. Ternyata di bawah sedang membicarakan permasalahan tuan muda yang berkelahi. Nyonya terus memarahi, berteriak lalu menangis sedangkan tuan Fikri juga tampak kesal sambil menceramahinya. Farhan hanya tertunduk tanpa mengucapkan satu kata pun. Hana merasa kasihan pada tuan muda.


//2//

Sudah seminggu setelah kejadian tersebut suasana rumah agak runyam karena nyonya yang marah pada Farhan. Sedangkan Farhan selalu mengurung diri di kamar. Tuan Fikri tidak tahu harus menangani anaknya seperti apa. Intinya mereka semua terlihat jelas sedih.
“Hana..” panggil tuan Fikri
“Iya tuan? Ada apa?” tanya Hana
“Tolong buatkan saya kopi yah”
“Iya tuan”
“Oh iya tadi Farhan udah makan belum?”tanyanya lagi
“Saya rasa belum tuan, tadi pulang sekolah tuan muda langsung ke kamar sampai malam gini belum keluar..” kata Hana menjelaskan
“Ah.. iya baiklah.” Kata tuan sambil memicingkan matanya, terlihat sangat sedih.
Hana pergi ke dapur dan membuatkan teh. Ada sedikit kegelisahan apabila ia datang ke dapur, mungkin masih ada rasa takut ia melakukan kesalahan. Dan mungkin ada sedikit rasa rindu pada ibunya. Dengan perlahan ia memberikan teh hangat pada majikannya yang sedang galau.
“Hana.. coba kamu beri makanan buat Farhan yah saya minta tolong sekali. Dia ga mau keluar meski sudah dibujuk ibunya.” Ucap tuan pelan
“Sa.. saya? Oh iya tuan.” Kata Hana agak ragu, karena tidak biasanya ia melakukan hal itu.


////

Walapun Hana masih anak sekolah namun majikannya selalu memberikan gaji penuh untuk biaya kebutuhan sehari-hari. Maka dari itu, setiap awal bulan Hana selalu senang bisa belanja apalagi membeli berbagai aksesoris lucu untuk scrapbooknya.
Rak – rak buku tertata rapi menghadirkan jajaran buku baru. Toko buku itu cukup ramai dipenuhi para pelajar dan pelanggan lainnya. Ada pula konter khusus aksesoris yang tak luput dari perhatian Hana.

“Whuaa lucu banget” katanya senang sambil melihat-lihat
Dia memilih-milih dan membeli barang yang menarik juga murah. Diluar hujan gerimis, banyak yang berteduh di teras toko buku itu. Sialnya, Hana lupa membawa payungnya dan terpaksa harus menunggu hujan reda. Dia agak kesal dan sedih karena pasti ia akan terlambat pulang kerumah belum lagi hukumannnya yang tak kunjung selesai. Dia menghela nafas.

Sudah satu jam berlalu, sepatu dan seragam Hana juga mulai basah terkena cipratan hujan dari atap teras  yang semakin deras. Sambil menggendong tas ransel  didadanya, ia nekad untuk pulang. Dia berlari dengan cepat dibawah hujan, semuanya basah kuyup.
Hujan semakin besar disertai gemuruh dan kilat. Akhirnya Hana memutuskan untuk berteduh sebentar di dekat pohon. Rumahnya sudah dekat. Sambil membenarkan rambutnya yang lepek dan basah tiba-tiba seseorang juga berteduh tepat disampingnya.

“Hujannya gede banget duhh” katanya kesal .

Cowok itu menggunakan jas hujan berwarna orange mencolok, bertopi hitam dan juga membawa boks cukup besar. Melihat penampilannya sangat mencurigakan membuat Hana ketakutan dan cemas. Kemudian ketika ia sudah mau bersiap pergi, cowok itu menghentikannya.
“Hei.. Eits bentar kamu mau pergi pas hujan kaya gini?”tanyanya
Hana mengangguk cepat, “Hmm.. iya”
“Wah, ini kan hujannya gede banget belum lagi.. “
Suara gemuruh petir terdengar keras disertai kilat. Hujan nya sangat menyeramkan membuat mereka berdua terkejut.
“Kyaa!!” teriak Hana spontan
“ Gila hujannya..” gumamnya langsung.
Hana masih gemetaran juga kedinginan. Cowok yang disampingnya memandang dan memperhatikan wajahnya.
“Hei.. kamu yang waktu itu di rumah yang besar itu kan? Masih ingat gue ga? Eh bener kan?” tanyanya terus menerus sambil menatap mata dan wajah Hana.
“(sambil mengingat).. Hmm yang waktu itu nanya alamat?” jawab Hana ragu.
“Ah iya bener kan.” Katanya girang dengan senyuman manis.
 “Duh mana kita dibawah pohon. Bahaya banget. Gimana kalo gue anterin lo?” lanjut cowok itu sangat berani.
“Apa??” kata Hana kaget dan bingung.

Cowok itu langsung membuka jas hujannya dan menudungkannya ke atas kepala Hana sambil memegangi boksnya. Hana hanya bisa mengernyitkan mata dan melongo mengikuti perintah cowok itu. Ia tersanjung karena kebaikannya kemudian mereka berdua berlari bersama menuju rumah majikan Hana. Jalanan komplek lumayan becek dan membuat baju bawahan mereka kotor. Tapi akhirnya mereka sampai juga di gerbang rumah.
“Nah sudah sampai deh”kata cowok itu
“Makasih yah” kata Hana tersenyum. “Oiya tunggu sebentar” lanjutnya sambil berlari gesit masuk ke dalam rumah. Sesaat kemudian ternyata Hana membawakan payung untuk cowok tadi. Tapi cowok itu sudah kepalang pergi meninggalkannya.
“Hei, tunggu! Ini saya pinjamkan payung.”teriak Hana dari kejauhan.
“Gausah gue kan udah pake jas hujan. Sampai jumpa lagi” kata cowok itu terkikih dan lanjut berlari.
“Ohiya bener juga hahaha” gumamnya sambil tertawa memikirkan betapa konyolnya cowok yang tadi menolongnya.


//1//

Malam itu masih juga diguyur hujan deras. Hana masih juga berkutat pada tugas sekolahnya dengan serius. Hana cukup pintar dalam hal belajar, baginya kepintaran itu melebihi kecantikan. Ilmu pengetahuan pastinya lebih penting dari segalanya karena ia sudah susah payah berjuang mendapatkan beasiswa. Tapi tak dipungkiri ia memang agak lemah dalam beberapa pelajaran.


 ////
Dia sangat kesepian. Dalam raut wajahnya yang sumringah itu ada hatinya yang menderita. Ia sangat mencintai orang tua serta keluarga. Baginya itulah cinta sejati dalam hidupnya, tapi semua prinsip itu hancur ketika ia menyadari selama ini ia tidak memiliki siapapun di dunianya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[MATERI] CHAPTER 10 AKL 2 - ISU ISU LAIN DALAM PELAPORAN KONSOLIDASI

[MATERI] MATRIKS - MATEMATIKA EKONOMI

[MATERI] Business Planning